Jumat, 17 Maret 2017

POLA KEMATIAN DI INDONESIA

Nama: Safitri Novita Sari

NIM  :2015-66-060


Fakultas Fisioterapi


Di Indonesia transisi epidemiologi menyebabkan terjadinya pergeseran pola penyakit, di mana terjadi peningkatan penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif adalah penyakit tidak menular yang berlangsung kronis karena kemunduran fungsi organ tubuh akibat proses penuaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan pola kematian penyakit degeraratif di Indoensia, khususnya mengkaji hubungan karakteristik dan akses yankes terhadap kematian penyakit degeneratif ENMD (Endocrin, mentional and metabolic disease) dan DCS (Desease of Circulatory System) pada usia  15 tahun melalui uji analisis regresi. Data yang digunakan adalah data seluruh provinsi di Indonesia pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat ekonomi miskin dan menengah lebih berisiko terjadi kematian penyakit degeneratif ENMD dan DCS dibandingkan tingkat ekonomi kaya. Sedangkan populasi dengan kelompok umur 45–54 tahun lebih berisiko terjadi kematian penyakit degeneratif DCS dibandingkan umur 33 tahun.

A. Proses terjadinya penyakit degeneratif

 1. Adanya hubungan antara transisi demografi, epidemiologi, dan kesehatan. Pada tahap awal kematian, penyakit infeksi dan parasitik yang berkaitan dengan depriviasi kondisi lingkungan dan sosial mengawali penurunan. Pada tahap Pada tahap ini terjadi seleksi terhadap umur dalam bertahan hidup. Tahap selanjutnya adalah saat di mana fertilitas mulai menurun. Di sini struktur umur mulai berubah dengan meningkatnya umur lansia. Pada tahap ini penyakit degeneratif mulai muncul dan penyakit kronis mulai mewarnai profil kesehatan penduduk

 2.Perubahan metabolisme tubuh yang ditandai penurunan produksi hormon testosteron untuk lakilaki dan estrogen untuk perempuan biasanya mulai tampak pada usia 65 tahun ke atas. Kedua hormon Kedua hormon ini tidak hanya berperan dalam pengaturan seks, tetapi juga dalam proses metabolisme tubuh. Salah satu fungsi dua hormon itu mendistribusikan lemak ke seluruh tubuh. Akibatnya, lemak menumpuk di perut, sehingga pada usia lanjut lingkar pinggang selalu terlihat besar. Batasan lingkar pinggang normal untuk perempuan < 80 cm dan laki-laki < 90 cm. Membesarnya lingkar pinggang yang diikuti dengan kolesterol dan atau gula darah yang tinggi akan mengakibatkan sindroma metabolik, yakni terganggunya metabolisme tubuh akibat pola hidup yang tidak sehat. Dari sinilah mulai terjadi awal timbulnya penyakit degeneratif. Besarnya lingkar pinggang dapat disebabkan karena lemak jenuh, kolesterol, maupun tingginya kadar gula darah. Lemak dalam tubuh seorang lanjut usia sangat berbahaya. Selain obesitas, gumpalan lemak dapat mempersempit pembuluh darah

 3. Pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non-infeksi (degeneratif) adalah akibat adanya pergeseran pola makan dan pola hidup. Di sini terjadi pergeseran dari pola makan tradisional yang tinggi karbohidrat, tinggi serat, dan rendah lemak ke pola makan modern yang tinggi lemak, tapi rendah serat dan karbohidrat. Kurangnya mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran membuat tubuh kekurangan serat dan dapat berisiko meningkatkan kadar kolesterol tubuh. Bila kondisi ini tidak segera diperbaiki dengan pola makan yang benar dan baik, maka dapat berakibat timbulnya berbagai penyakit, terutama penyakit degeneratif (jantung, diabetes, bahkan kanker colon)

 4. Kelebihan gizi yang mengakibatkan tingginya prevalensi penyakit degeneratif sudah dirasakan negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Belum lagi akibat yang ditimbulkan oleh lingkungan Buletin Penelitian Sistem Kesehatan tercemar, kesalahan pola makan dan gaya hidup yang justru merangsang tumbuhnya radikal bebas (free radical) yang merusak tubuh kita

B. Usia saat Meninggal
Umur saat meninggal Kematian penyakit degeneratif ENMD terbanyak Kematian penyakit degeneratif ENMD terbanyak pada usia 45–54 tahun. Hal ini dimungkinkan karena terjadinya perubahan demografi dan komposisi umur, di mana kejadian penyakit degeneratif ENMD (terutama diabetes) akan merata pada semua golongan umur. Kondisi ini tampak pada perubahan struktur penduduk Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya proporsi penduduk usia produktif dan lansia serta menurunnya proporsi penduduk balita (BAPPENAS, 2004).

C. Jenis Kelamin
Perempuan lebih banyak terdapat pada kematian penyakit degeneratif ENMD dan DCS. Usia 40–60 tahun merupakan masa krisis bagi perempuan. Pada usia ini perempuan biasanya sedang mencapai puncak karir, dan justru pada masa tersebut mereka akan mengalami menopause (usia 45–55 tahun). Kondisi menopouse dapat menurunkan produksi hormon wanita (estrogen dan progesteron). Dengan penurunannya, maka distribusi lemak tubuh mulai terganggu. Penimbunan lemak yang tidak terdistribusi dengan baik akan memengaruhi metabolisme tubuh. Bila proses ini diikuti dengan pola makan, gaya hidup, dan aktivitas tidak sehat secara berkepanjangan, maka setelah usia 60 tahun individu akan rentan terhadap serangan penyakit degeneratif.

D. Pengeluaran RT perkapita 
Pengeluaran RT per kapita lebih banyak terdapat pada kuintil 4 dan 5 (kaya). Pada masyarakat dengan sosial-ekonomi tinggi, terdapat kecenderungan peningkatan daya beli masyarakat terutama dalam hal perbaikan gizi. Namun perbaikan gizi ini sering salah terutama pada masyarakat perkotaan karena mengikuti perubahan pola makan dan gaya hidup yang salah pula. Makanan mereka cenderung mempunyai kandungan lemak yang tinggi, kadar serat rendah, dan sering tidak seimbang mutu gizinya. Bila kondisi ini tidak diperbaiki sejak dini, maka kemungkinan kematian akibat pen

E. Kawasan tempat tinggal 
penyebab kematian penyakit ENMD dan DCS individu usia ≥ 15 tahun, menurut tipe daerah Tipe daerah pada kematian penyakit degeneratif ENMD dan DCS banyak terdapat di perkotaan, karena kota merupakan daerah urban dengan berbagai permasalahannya. Faktor penting terjadi banyaknya kematian penyakit degeneratif di perkotaan sangat ditunjang dengan kebiasaan pola makan, gaya hidup, pola gerak yang salah serta faktor stres psiko-sosial yang cukup tinggi.


Peningkatan prevalensi kematian penyakit degeneratif DCS pada usia produktif juga dipengaruhi oleh pola makan, gaya hidup, dan aktivitas tidak sehat yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia) merupakan faktor risiko DCS yang memperburuk proses arteriosklerotik. DCS dapat menimbulkan terjadinya sumbatan pada pembuluh darah ke jantung dan otak. Sumbatan timbul akibat terbentuknya endapan atau kerak lemak yang miskin serat pada bagian dalam pembuluh darah. Sumbatan ini akan menyebabkan pembuluh darah menjadi sempit, tidak fleksibel, dan mengeras yang disebut aterosklerosis. Aterosklerosis akan menimbulkan kematian bila menyumbat suplai aliran darah ke jantung dan otak.

2. Life style tidak sehat merupakan pencetus DCS usia produktif. Makanan kaya kolesterol seperti junk food yang sarat lemak dan kolesterol tetapi rendah serat, kebiasaan merokok, serta konsumsi minuman beralkohol, serta pemakaian narkoba (belum ada data pasti) dapat membahayakan dan mempercepat timbulnya DCS. Dengan kesibukan dan faktor stres yang tinggi pada usia produktif, makanan dengan gizi seimbang sering kali terabaikan, padahal konsep makanan seimbang agar terhindar dari penyakit DCS cukup mudah, yakni menghindari makanan yang dapat meningkatkan kadar lemak dan kolesterol dalam tubuh (lemak jenuh, makanan bersantan, dan gorengan) serta meningkatkan asupan buah, sayur, kacang-kacangan, ikan, dan daging tidak berlemak. Konsumsi buah dan sayuran minimal 5 porsi sehari dengan pembatasan intake garam kurang dari satu sendok teh per hari. Metode pemasakan terbaik adalah ditumis, diungkep, dikukus, rebus, bakar atau panggang. (WHO, 2008). Junk food dapat dikonotasikan sebagai makanan berkualitas gizi rendah atau disebut juga makanan sampah. Jank food biasanya mengandung padat kalori, lemak dan bumbu-bumbu dengan kadar garam tinggi sehingga menimbulkan sensasi rasa yang sangat lezat di lidah dan dibungkus menarik dalam kemasan cepat saji. Kadar lemak, kalori, dan zatzat lain yang dikandungnya melebihi batas yang ditentukan.

3. Aktivitas fisik yang kurang dapat berisiko terjadinya DCS. Aktivitas fisik mingguan apapun di samping kegiatan hidup rutin sehari-hari mempunyai daya proteksi terhadap kematian kardiovaskuler. Aktivitas fisik mingguan yang bersifat ringan (denyut jantung meningkat sampai 10 kali permenit) sudah memberi dampak proteksi, hanya harus dilakukan hampir setiap hari. Sedangkan aktivitas fisik mingguan yang bersifat sedang atau berat cukup dilakukan 2–3 kali seminggu, tetapi harus teratur. Olahraga dan kegiatan yang murah dan mudah dikerjakan cukup bermanfaat dalam upaya pencegahan kardiovaskular. Olahraga dan kegiatan tersebut dapat berupa jalan kaki 6 kilometer per jam, senam aerobik beban sedang (Senam Jantung Sehat), olahraga bela diri (pencak silat, dan lain-lain), melakukan kegiatan setara seperti naik tangga dua tingkat, membawa barang 10 kg, mencangkul atau kegiatan berkebun. Menurut WHO, aktivitas apapun yang dilakukan minimal 30 menit setiap hari, asal mampu meningkatkan denyut jantung antara 110–130 per menit, berkeringat dan disertai peningkatan frekuensi napas namun tidak sampai terengah-engah sudah cukup baik untuk mencegah penyakit jantung dan stroke.

4. Pola makan rendah serat berisiko terjadinya DCS. Serat makanan adalah komponen dari tumbuhan yang dikonsumsi, dan tidak dapat dicerna oleh sistem pencernaan manusia. Meski tidak termasuk zat gizi esensial, keberadaan serat makanan begitu penting bagi kesehatan tubuh. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengkonsumsi makanan berserat sekitar 35 gram per hari memiliki risiko terkena penyakit jantung 1/3 kali lebih rendah dibanding orang yang mengkonsumsi serat kurang dari 15 gram per hari. Anjuran WHO jumlah serat yang dikonsumsi sebenarnya tidak terlalu banyak, yakni 25–35 gram per hari. Jumlah ini belum bisa dipenuhi orang Indonesia, karena berdasarkan penelitian, diketahui bahwa konsumsi serat orang Indonesia rata-rata hanya 10,5 gram per hari (Basuni, A, 1998)


DAFTAR PUSTAKA

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=80689&val=4892

Tidak ada komentar:

Posting Komentar